Aku harus melepaskan anganku. Aku harus menjauh dari
imajinasiku untuk terus bersamamu. Sosokmu yang baru sebentar tapi mampu menarikku
jauh masuk dalam duniamu. Hal ajaib yang kau lakukan untukku malam itu berhasil
membuatku jatuh hati. Masih menempel lekat dalam memori otakku, saat kita
bertemu di caffe depan komplek rumahku. Aku yang tengah asyik memainkan ipad-ku
tiba-tiba dibuat salting olehmu. Kau mendekatiku yang tengah duduk seorang diri.
Kau membawakan sepotong kue coklat, dan berkata aku adalah pengujung ke 100
yang beruntung mendapatkan paket special dan sepotong kue coklat itulah alat yang
mempertemukan kita. Tak dapatku bantah, sosokmu yang begitu menawan mampu
menghipnotisku sejak pertama kali kau membawakan sepotong kue coklat untukku. Pria
berpostur tubuh atletis, tinggi menawan dengan mengenakkan kemeja putih sepadan
dengan celana jeans yang sangat pas dipakai di tubuhmu, begitu selaras dengan
gitar putih yang kau pegang.
Mataku tak lepas memandang ke sudut dimana kau memetik-metik
gitarmu dan kau lantunan lagu indah didepan semua mata yang berada ditempat itu.
Petikan terakhir di lagu pertama usai kau lantunkan, saat lagu kedua akan kau
perdengarkan kepada seluruh pengunjung caffe, lagu yang akan kau bawakan selanjutnya
adalah lagu yang kau khusus untuk seseorang yang malam itu menarik perhatianmu.
Seorang wanita yang tengah duduk sendiri disudut caffe sambil terus menatapmu
di atas stage. Dan kau menunjuk ke arahku. Semua matapun tertuju padaku,
meletakkan pandang ke mejaku. Entah seperti apa ekspresiku saat itu, namun yang
pasti aku mungkin terlihat bodoh didepanmu.
Kau memetik senar gitarmu, mulai memainkan alunan lagu.
Terdengar lantunan merdu dari suaramu, beberapa gadis yang tengah ada di caffe
itupun, tak hentinya berdecak kagum melihatmu. Pria karismatic yang pandai
memainkan gitar. Dagdigdug, kurasakan irama jantung ini berdetak lebih cepat
dari biasanya. Kau lantunkan lagu yang memang akhir ini aku sukai. Afgan “Jodoh
Pasti Bertemu” entah mengapa lagu itu sungguh menyita perhatianku, dan semakin
membuatku kecanduan saat kau yang memainkannya untukku. Bait demi bait kau
nyanyikan dengan sangat indah, petikan gitarmu yang merdu membuat diriku
semakin mengagumi sosokmu yang begitu ajaib yang baru kukenal beberapa menit
yang lalu. Kau memandangku sambil terus melantunkan lagu itu, aku mengerti akan
kondisi itu dan aku dibuat salah tingkah olehmu. Kedipan matamu membuatku tak
hentinya memeras kedua tanganku yang sejak tadi banjir keringat dingin.
Sejak malam itu, kau sering menghubungiku, kita sering
bertemu, menghabiskan waktu bersama, bahkan kau sering mengajakku mengunjungi
caffe sekedar untuk menikmati secangkir coffe, tak lupa sepotong kue coklat yang
sekarang menjadi menu favorite kita. Kian hari aku tak dapat memalingkan
pandang walau hanya sejenak. Dan sebentar saja kamu telah menjadi orang
terpenting yang tak dapat ku singkirkan dari keseharianku.
Pagi ini aku melangkahkan kakiku dengan cepat agar tiba
disekolah tepat waktu. Namun langkahku terhenti ketika mendapati sosokmu
berdiri di depan pintu gerbang sekolah. Kau tersenyum dan melambaikan tangan ke
arahku. Ku tanyakan ada apa kau kesini, namun kau terdiam sambil tersenyum
penuh maksud memamerkan deretan gigi putihmu. Aku tak memerdulikannya, aku
meninggalkanmu, namun dengan cepat dia meraih tanganku hingga aku berbalik dan memeluknya.
Ini mungkin akan menjadi kejadian paling bodoh kedua kalinya yang ku alami
setelah kejadian pertama kali dia menyanyikan sebuah lagu untukku di caffe
malam itu. Dan saat ini semua terulang kembali, jantungku berdetak tak karuan,
aku mengatur nafasku agar rasa gugup yang kurasakan tak terlihat olehnya. Aku
berusaha tenang saat kedua mataku berjarak sangat dekat memandang mata birunya.
Aku mencoba melonggarkan pelukannya, namun dia semakin erat memelukku. Aku
terus meronta minta dilepaskan, dengan alasan malu menjadi pusat perhatian
ditempat itu, namun kau tak memperdulikannya. Akhirnya setelah bersusah payah
meronta, kau memberikan sebuah syarat agar aku dapat terlepas darinya. Kau menginginkan
aku untuk menjadi pacarmu. Yang kurasakan saat itu kedua kakiku terasa lemas,
aku tak mempercayai apa yang telah dia katakan beberapa detik yang lalu
dihadapanku. Namun sialnya dia mengancam takkan melepaskanku sebelum aku
menjawab pertanyaannya, dan jawabannya harus iya. Ya tuhan, betapa malunya saat
itu ketika seluruh siswa siswi lain melihat kejadian didepan pintu gerbang yang
ku alami. Tak ada pilihan lain, aku tak ingin terus dibuat malu seperti ini
didepan anak-anak, dan akhirnya yang dia dapati dariku adalah anggukan kecil
diikuti ekspresi malu-malu yang tak sengaja tercipta. Kau memelukku didepan
umum, dengan cepat aku melepaskan pelukanmu. Refleks kau menciumku, aku berlari
menuju lobi sekolah. Aku berhenti sejenak, berbalik badan melihat kearahnya,
mendapati kau kegirangan dan berteriak mengatakan “I LOVE YOU” dengan
lantangnya. Sungguh, hal ajaib darimu yang berhasil membuatku terbang jauh ke
awan.
Seminggu setelah aku resmi menjadi pacarmu, kau selalu
membuatku terkejut akan hal-hal ajaib yang kau lakukan. Aku merasa sungguh
bahagia. Namun sepertinya, cinta kita mulai diuji. Entah mengapa, malam itu aku
ingin sekali bertemu denganmu. Aku mendatangi caffe tempat dimana kamu bekerja.
Tapi langkahku terhenti, jantungku terasa tertusuk benda tumpul dan tak dapat
tertembus. Aku melihatmu bersama seorang wanita, wanita itu memelukmu, mesra
sekali hingga kau tak sadar akan kehadiranku diruangan itu. Sayup ku dengar
pembicaraan kalian yang begitu intim. Wanita itu berkata menyesal telah
kehilanganmu, bahkan dia menginginkan kau kembali dikehidupannya. Tak banyak
yang kau ucapkan pada gadis itu, namun dengan jelas ku dengar, kau berkata
bahwa kau sudah bersamaku dan kau tak mungkin meninggalkanku. Aku bersembunyi
dibalik tembok yang membatasi antara ruang utama dan ruang tengah, aku
menggigit jariku menahan tangisku dan mengendalikan emosi yang tercipta saat
aku dengar semua yang terucap darimu. Aku tak kuasa lagi membendung tangisku
dan memutuskan pergi dari tempat itu, tanpa sempat bertemu denganmu.
Beberapa hari aku memutuskan menjauh darimu. Namun kau terus
mencari kabar tentangku. Kamu terus menghubungiku tanpa pernah ku perdulikan. Kamu
juga tak henti mendatangi sekolahku, tapi aku selalu menghindar saat mengetahui
keberadaanmu. Suatu hari, kamu mengirimkan sms yang isinya aku harus menemuimu
malam ini di caffe, kau ingin membicarakan sesuatu. Entah mengapa, aku akhirnya
memutuskan untuk datang. Setelah beberapa hari ini menjauh darimu aku tak bisa
membiarkan ini seperti ini terus. Aku harus segera menyelesaikannya.
Malam itu, kita bertemu di caffe. Aku duduk terdiam dihadapanmu.
Kau terus memandangku, namun aku justru memalingkan pandang ke sudut yang lain.
Kau menanyakan mengapa akhir-akhir ini aku bersikap seperti ini, apa yang sudah
terjadi denganku. Tapi tak satupun pertanyaanmu yang aku jawab. Kau mencoba
mendekatkan tanganmu menyentuh tanganku, namun aku menghindari sentuhan itu. Tak
ada basa-basi lagi yang terucap, saat ku rasa tepat ku jelaskan semua yang
mengganjal beberapa hari ini. Aku memutuskan untuk menyudahi hubungan ini, aku
tak bisa meneruskan hubungan jika dia hanya memberikan sebagian dari hatinya
untukku, dan sebagian lagi masih tertinggal di masa lalunya. Aku tak ingin
menjadi penghambat jalan kamu untuk pulang kembali ke hidupmu dulu. Aku rasa, rasa
cinta yang kau tunjukkan padaku tak mampu menandingi rasa yang masih tersisa
jauh dalam hatimu. Namun bodohnya aku yang tak dapat membacanya, atau mungkin
kau yang terlalu pintar menyembunyikan semuanya dariku.
Kau mencoba menjelaskan semuanya dariku. Kau menjelaskan
bahwa dia yang kutemui malam itu memang masa lalumu. Aku tak berucap ketika kau
memberitahukanku semuanya. Dan aku semakin melihat bahwa kau sungguh masih
menyimpan rasa untuknya. Aku hargai setiap kejujuranmu, namun itu semua tak
dapat merubah keputusanku, malah semakin memantapkan niatku. Aku memegangi
pundaknya sambil menggigit ujung bibir bawahku menahan agar aku tak menumpahkan
air mata dihadapannya. Dan aku mulai berkata:
“Terima kasih untuk semua hal ajaib yang
pernah kau lakukan untukku. Terima kasih untuk sepotong kue coklatnya, terima
kasih juga untuk lagunya. Aku suka. Aku juga menghargai usahamu untuk
menjelaskan semuanya. Aku nggak marah karena kamu tak sempat menceritakan ini.
Tapi tak ingin munafik ada sedikit rasa kecewa, karena ternyata aku hanya
sebagai tempat persinggahanmu saja. Jadi aku memutusin untuk menyudahi semua,
mungkin memang hubungan kita cukup sampai disini. Aku nggak ingin menjadi
penghalang antara hubungan kalian. Aku tak ingin dibilang egois, karena
mementingkan perasaanku sendiri.Kalau memang kau masih menyayanginya, kejar
dia, temui dia, jelaskan padanya. Aku tau, kau tak akan mengulangi kesalahanmu
untuk yang kedua kali.”
Seketika kau memelukku setelah mendengar semuanya dariku. Air
mata yang sejak tadi tertahan, tak mampu lagi aku bendung. Aku menangis dalam
dekapannya, dan aku dengar pula suara isakan tangisnya namun tidak dia
tunjukkan dengan jelas. Aku ikhlas jika harus merelakanmu memilih kembali ke
masa lalumu. Karena jika aku masih mempertahankanmu, itu tandanya aku egois, aku
hanya memaksakan kehendakku sendiri tanpa memikirkan apa yang terjadi jika
sebuah hubungan tercipta dengan dibumbui bayang-bayang masa lalu.
.jpeg)


.jpeg)





















